Simple really, there was a period in my life where I had no full-time job.
Back in 2005, after I finished working at Hard Rock FM, I rejoined the Indonesian national baseball team – but this time as an official. And once that was done, that is it.
All about my life, an Indonesian who have lived in London, UK for 4 years then moved to Sydney Australia.
Simple really, there was a period in my life where I had no full-time job.
Back in 2005, after I finished working at Hard Rock FM, I rejoined the Indonesian national baseball team – but this time as an official. And once that was done, that is it.
What an idiot.. I haven’t touched my blog in 6 years WTF.
Looking back, I do have the tendency of writing a lot of materials (blog post, song & music, etc) in a period of time (usually when I am broken hearted, lonely, and perhaps depressed), then nothing for years, then productivity comes back, then nothing again.
Well, I blame life. Life just happens. Some things were seen to be more important than others. And there’s nothing wrong with it. We grew up and we moved on.
This post is about my attempt to challenge myself to become vegan for a week. To make it easy to browse this post, I’ve created shortcuts to the content:
Yup, I got fucking scammed in Budapest, Hungary. Basically, my first day in Budapest involved 2 random Hungarian trick-girls and the police. If you want to read straight through to the scam part, here’s the shortcut.
Telah 3 bulan lamanya saya kerja dan tinggal di Australia, tepatnya di Sydney, di salah satu perusahaan advertising terbesar di dunia. Saya bekerja sebagai Search Engine Optimization (SEO) Account Manager. Saya suka pekerjaan saya. Company-nya trendy, penuh dengan anak muda, pekerja-pekerjanya internasional, gaji yang diberikan lumayan OK. Sydney juga adalah sebuah kota yang sangat nyaman.
Kerja di Eropa adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga. Hak-hak pekerja di sini sangatlah dilindungi. Mulai dari jam kerja yang manusiawi, hari cuti sangat banyak, gaji yang cukup, dan perlakuan yang adil. Tapi tentunya hal ini bergantung juga pada industri dan perusahaan tempat kita bekerja. Yang akan saya ceritakan adalah pengalaman saya spesifik bekerja di perusahaan saya.
Sewaktu itu, Marta, teman flat-mate saya Sabela, berkunjung untuk 4 hari di London, dan dia menginap di rumah kami. Kebetulan saya sedang libur di weekend itu, jadi kami setiap hari keluar untuk jalan-jalan bersama. Saya juga sempat mengajak mereka untuk makan di restoran Indonesia, suatu kebiasaan saya sampai sekarang, yakni memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada teman-teman orang asing saya.
Sudah 1 bulan lebih saya menumpang menginap di rumah teman saya di Stratford, East London. Susah sekali mencari rumah di Kingston di bulan September-Oktober, karena ribuan mahasiswa datang di saat bersamaan dan berebutan mencari rumah. Apalagi sekarang saya bertempat sementara di East London, jauh sekali dari Kingston. Setiap saya menelfon orang yang mengiklankan rumah, lalu saya berangkat ke Kingston, 1.5 jam kemudian saya sampai di sana tetapi kamar nya sudah tidak available lagi.
Sesampainya di London, sulit sekali untuk saya mencari tempat tinggal di Kingston dekat universitas saya. Karena belasan ribu murid datang di saat yang bersamaan untuk mencari tempat tinggal. Saya tidak mau tinggal di akomodasi kampus karena saya butuh privacy dan ketenangan. Akhirnya saya menumpang dulu beberapa minggu di rumah teman SMA saya dulu bersama Budi (bukan nama asli), yang tinggal bersama pacarnya, Wati (bukan nama asli). Mereka tinggal di East London, sekitar 2 jam dari kampus saya (perjuangan ya).